Logika vs Hati

by - 22:38

Selesai kuliah 4 tahun 9 bulan, yaa.. lumayan juga lah. Karena hampir sebagian dari teman kelas sudah selesai hampir setahun dari saya. Nah, pertanyaan kenapa saya bisa lama? jawabanya sih singkat aja karena KELAMAAN MIKIR.

Awal semester 7 sudah mulai tuh mikir bakal ambil seismik (salah satu matkul di geofisika tergolong susah katanya orang dan saya), nah di akhir semester malah bingung sendiri seismiknya yang spesifik apa? trus olahnya dimana? apa buat data sintetik aja? nah lo kan kebanyakan mikir. Akhirnya diskusi sama salah satu dosen yaa bisa dibilang dekatlah dan jadi pembimbing juga. Akhir diskusi kesimpulannya NGGAK USAH MULUK-MULUK MAU SKRIPSI KEREN. Emang sih dalam kepala saya waktu mikir buat skripsi harus keren trus harusnya seismik karena pernah jadi asisten seismik sebenarnya nggak mau dipandang rendah sih (ego tinggi). Tapi dalam hati itu maunya yang berhubungan dengan masyarakat yaa ruang lingkup lingkungan, bencana semacam itu deh.

Tapi karena ambisi dari logika yang kuat sehingga di penghujung semester pun masih galau dan belum ada petunjuk bakalan buat apa. Setelah merasa sampai pada titik jenuh akhirnya saya pun menyerah dan mencoba memilih sesuai apa yang saya inginkan tanpa berpikir ego lagi. Akhirnya di bulan Agustus tahun 2016 melakukan penelitian di Bandung dan dinyatakan graduated itu Mei 2017 lumayan juga lah.

Semenjak kejadian itu pemikiran saya mulai berubah mengenai pemikiran orang terhadap saya. Mungkin kebanyakan orang menganggap saya berlebihan tentang pemikiran ini tapi coba deh ingat-ingat saat akan pergi pernah tidak berpikir apa pakaian saya bagus? ntr orang bilang apa? kalau di ejek gimana? sebenarnya bukan salah kita sih berpikir begitu tapi kenyataannya bahwa lingkungan yang mengajarkan kita begitu.
 

0 komentar